Kue donat merupakan salah satu kudapan manis yang populer di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bentuknya yang unik—bulat dengan lubang di tengah—telah menjadi ciri khas yang mudah dikenali siapa saja. Namun, di balik tampilannya yang sederhana, donat memiliki sejarah panjang dan menarik, yang mencerminkan pengaruh budaya dan inovasi kuliner dari masa ke masa.
Asal Usul Donat
Donat yang kita kenal saat ini diyakini berasal dari budaya kuliner Eropa, terutama Belanda dan Inggris. Kata "donut" sendiri berasal dari "doughnut", gabungan dari kata dough (adonan) dan nut (kacang). Namun, istilah ini bukan karena donat berisi kacang, melainkan karena dulu ada versi donat kecil yang berbentuk mirip kacang.
Orang Belanda yang bermigrasi ke Amerika pada abad ke-18 membawa resep olykoek—kue goreng manis yang berbentuk bulat tanpa lubang. Olykoek sering kali berisi buah kering seperti kismis dan digoreng dalam lemak babi. Masalahnya, karena bentuknya padat, bagian tengah sering kali tidak matang sempurna, sehingga teksturnya menjadi lembek dan tidak enak.
Awal Mula Donat Berlubang
Lubang di tengah donat bukan sekadar estetika—itu adalah solusi praktis. Menurut cerita populer, lubang di tengah pertama kali diperkenalkan oleh seorang pelaut asal Amerika bernama Hanson Gregory pada tahun 1847. Ia merasa frustrasi karena bagian tengah kue goreng favoritnya tidak matang dengan baik. Dengan ide sederhana, ia menggunakan tutup lada untuk melubangi bagian tengah adonan sebelum digoreng. Hasilnya? Donat matang merata, dan bentuknya menjadi ikonik seperti yang kita kenal sekarang.
Dari situlah, donat bolong mulai populer dan perlahan menjadi standar dalam penyajian kue tersebut. Selain membantu proses memasak, lubang di tengah juga memudahkan orang untuk membawa atau menggantung donat dengan tongkat, terutama dalam penyajian massal seperti di pasar atau toko roti.
Perkembangan Donat di Dunia
Seiring perkembangan zaman, donat mengalami berbagai modifikasi. Di Amerika Serikat, donat menjadi sangat populer pada abad ke-20, terutama setelah Perang Dunia I, saat Palang Merah menyajikannya kepada tentara sebagai simbol kenyamanan dan rasa rumah. Donat kemudian berkembang dengan berbagai topping dan isian: dari glaze klasik, taburan gula, cokelat, hingga donat isi selai dan krim.
Di Indonesia, donat mulai dikenal sejak masa penjajahan dan kini menjadi jajanan favorit dari berbagai kalangan. Versi lokalnya juga banyak, seperti donat kentang yang lebih empuk dan padat, hingga kreasi donat kekinian dengan topping kekinian seperti keju, green tea, atau boba.
Sejarah donat membuktikan bahwa inovasi sederhana bisa menciptakan perubahan besar dalam dunia kuliner. Lubang di tengah donat, yang awalnya merupakan solusi teknis, kini telah menjadi identitas ikonik dari kue ini. Dari meja sarapan di Amerika hingga toko kue di Indonesia, donat terus berevolusi namun tetap mempertahankan bentuk khasnya yang tak lekang oleh waktu. Tak heran jika donat masih menjadi salah satu kudapan manis paling digemari di seluruh dunia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar