Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembentukan karakter dan kemampuan generasi muda. Di Indonesia, upaya memperbaiki sistem pendidikan dilakukan melalui berbagai perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir. Meski tujuan dari perubahan-perubahan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, perubahan kurikulum yang terlalu sering justru berisiko mengganggu proses belajar siswa.
Ketidakkonsistenan Menciptakan Kebingungan
Salah satu dampak langsung dari seringnya perubahan kurikulum adalah munculnya kebingungan di kalangan siswa, guru, bahkan orang tua. Kurikulum yang berubah berarti materi pelajaran, cara pengajaran, dan bentuk penilaian ikut berubah. Siswa yang baru mulai menyesuaikan diri dengan sistem tertentu harus kembali beradaptasi dengan sistem baru dalam waktu yang singkat. Hal ini tentu mengganggu kestabilan proses belajar dan menyebabkan kesenjangan pemahaman antar jenjang pendidikan.
Misalnya, seorang siswa SMP yang terbiasa dengan model pembelajaran Kurikulum 2013 harus langsung menyesuaikan diri dengan Kurikulum Merdeka saat memasuki jenjang SMA. Pergeseran cara belajar dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa memang baik secara konsep, namun tanpa pendampingan yang konsisten, siswa bisa mengalami penurunan motivasi belajar karena kebingungan dalam memahami ekspektasi kurikulum baru.
Guru dan Sekolah Juga Kewalahan
Bukan hanya siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum juga ikut terdampak. Perubahan kurikulum sering kali tidak diiringi dengan pelatihan yang cukup dan waktu adaptasi yang memadai. Guru dituntut mengubah metode mengajar, menyusun ulang perangkat pembelajaran, hingga menyesuaikan sistem penilaian, seringkali dalam waktu singkat.
Akibatnya, proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Guru yang belum sepenuhnya memahami kurikulum baru mungkin kesulitan mengarahkan siswa secara tepat. Hal ini berdampak pada kualitas pengajaran dan pencapaian kompetensi siswa.
Kebutuhan Stabilitas dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, konsistensi sangat penting. Anak-anak belajar secara bertahap dan memerlukan waktu untuk membangun fondasi pengetahuan. Kurikulum yang terlalu sering diubah menyebabkan gangguan ritme belajar dan membuat siswa kehilangan arah. Kurikulum ideal seharusnya memberikan ruang untuk eksplorasi, konsistensi, dan evaluasi yang mendalam, bukan sekadar perubahan demi terlihat “baru”.
Perlu Kajian yang Matang dan Bertahap
Perubahan kurikulum memang tak terelakkan, karena dunia terus berkembang. Namun, perubahan tersebut sebaiknya didasarkan pada kajian menyeluruh, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan diterapkan secara bertahap. Yang terpenting, setiap perubahan harus fokus pada kebutuhan siswa, bukan sekadar menyesuaikan tren global.
Perubahan kurikulum memang bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Namun jika dilakukan terlalu sering dan tanpa perencanaan matang, justru akan menimbulkan dampak negatif terhadap proses belajar siswa. Stabilitas, pelatihan guru yang memadai, serta partisipasi aktif dari semua pihak sangat diperlukan agar setiap kurikulum yang diterapkan benar-benar bisa membawa manfaat nyata bagi masa depan pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar